Suatu Minggu pagi yang dingin di daerah Boston, AS, seorang pendeta naik ke mimbar dengan membawa sebuah sangkar burung yang usang dengan beberapa ekor burung gereja di dalamnya. Jemaatnya merasa heran mengapa pendeta ini membawa sangkar tersebut sambil berkhotbah.
Pendeta ini mulai khotbahnya demikian, "Kemarin saya bertemu dengan seorang remaja pemilik sangkar burung ini dengan beberapa burung di dalamnya. Kelihatannya, dia menusuk-nusuk mereka dengan kawat, membuat kaget dengan suara keras dan mengguncang-guncangkan sangkar dengan hebat. Burung-burung gereja yang malang tersebut basah kuyup, kedinginan, dan ketakutan."
Lalu si pendeta tersebut menanyakan kepada remaja tersebut apa yang akan ia lakukan terhadap burung-burung itu. Remaja itu menjawab bahwa ia akan terus menyiram, mempermainkan, menteror, menakut-nakuti, bahkan menyiksa burung-burung tersebut sepuas hatinya.
Lalu si pendeta bertanya: "Apa lagi yang akan kau lakukan setelah puas menyiksa burung-burung malang itu?"
Si remaja tersebut dengan sinis menyatakan bahwa begitu ia puas mempermainkan burung-burung yang jelek, tidak berharga, tidak berarti itu, ia akan membiarkan kucing kesayangannya memangsa burung-burung yang tidak berharga itu.
Mendengar penjelasan anak remaja tersebut, si pendeta kemudian bersikeras untuk membeli burung-burung tersebut dengan harga yang cukup tinggi, walaupun nilai tersebut tidak sebanding dengan burung-burung semacam itu. Dengan nada tidak percaya si remaja berkata: "Mengapa Anda begitu berminat membeli burung-burung yang jelek, tidak berharga dan tidak berarti ini? Mengapa Anda harus berkorban dan pada saat yang sama menghentikan kenikmatan saya?" Namun setelah terjadi tawar menawar yang cukup panjang dan alot, akhirnya si remaja bersedia menerima uang hasil penjualannya dan pergi dengan perasaan terheran-heran.
Lalu, si pendeta melanjutkan khotbahnya: Suatu hari Tuhan Yesus bertemu dengan Setan dan menanyakan aktivitasnya akhir-akhir ini. Setan menjawab bahwa dia sedang sibuk membuat hidup manusia sengsara. Dengan tertawa terbahak-bahak dia bercerita bagaimana dia mengajarkan kebencian, isri, dengki dan rasa permusuhan kepada manusia. Juga dia sedang giat menghasut bangsa-bangsa untuk saling memojokkan satu sama lain, menyerang dan saling membunuh. Ia juga mengajar untuk membuat persenjataan yang lebih ampuh, bom yang lebih dahsyat untuk saling menghancurkan. Di dalam hidup sehari-hari manusia akan mengalami stres berat karena masalah keluarga, uang, pekerjaan dan seribu satu masalah yang menyebabkan hilangnya damai sejahtera dan sukacita.
Mendengar semua itu, Yesus segera menawarkan untuk 'membeli' manusia dari cengkeraman Setan. Dengan terheran-heran Setan balik bertanya mengapa Yesus mau melakukan semua itu. Ia bertanya, "Bukankah manusia-manusia itu adalah makhluk yang jahat, brengsek, nakal dan tidak tahu berterima kasih. Mengapa Yesus mau repot-repot membelinya?" Toh, akhirnya Setan akan membunuh semua manusia yang ada dalam cengkeramannya setelah dia puas bermain dan menyiksanya.
Namun karena Yesus bersikeras, Setan menuntut harga yang sangat mahal agar Yesus tidak mau menebusnya. Harga yang diminta adalah kesengsaraan yang tak tertahankan selama hidup-Nya di bumi, hidup dalam keterbatasan manusia, dan pada puncaknya mati secara mengenaskan di kayu salib. Dengan singkat Yesus menjawab, "Saya akan lakukan semua itu!" Ya. Yesus sudah membayar kita yang tidak berharga dan tidak berarti dengan harga yang sangat mahal: hidupNya sendiri!
Pengorbanan yang tersia-siakan
Tony Campolo dalam bukunya, "Who Moved The Price Tag?" menceritakan kisah nyata ini: Seorang pemuda brilian lulusan dari West Point Academy, sebuah akademi militer prestisius di Amerika, langsung dipercayakan untuk memimpin satu peleton pada perang Vietnam.
Suatu malam, mereka diserang oleh gerilyawan Vietcong sehingga keadaan mereka sangat terdesak, meskipun akhirnya mereka sempat menghindar. Sang pemuda ini berhasil menyelamatkan semua orang yang ada di dalam regunya. Di saat mereka bersiap-siap melarikan diri, mereka mendengar suara erang kesakitan seseorang dari regu mereka yang tertembak.
Pemuda tersebut berusaha kembali untuk menolong anggotanya yang kesakitan tersebut. Namun, semua orang dalam regu tersebut menghalangi niatnya untuk menolong rekan itu, mengingat kondisi yang sangat berisiko. Tetapi, si pemimpin ini bersikeras untuk kembali dan menyelamatkan rekannya yang terluka. la berhasil membopong rekannya tersebut dengan berlari menghindari tembakan musuh. Namun, saat mereka hampir mencapai garis aman, tubuhnya tiba-tiba rebah tertembus beberapa butir peluru musuh. Akhirnya, sang permmpin tewas seketika, namun nyawa anak buahnya tertolong.
Beberapa tahun setelah peristiwa itu, kedua orangtua dari sang pemimpin mendengar bahwa pemuda yang diselamatkan oleh anaknya berada di kota mereka. Dengan senang hati mereka mengundang pemuda itu untuk makan malam bersama. Tepat pada waktu yang disepakati, ternyata si pemuda tersebut tidak muncul juga. Setelah menunggu sekitar 1 jam lamanya, tiba-tiba si pemuda tersebut muncul dalam keadaan mabuk.
Ketika sedang makan malam bersama, acapkali si pemuda mengeluarkan kata-kata kotor, mengumpat, dan sama sekali tidak menunjukkan rasa hormatnya terhadap kedua orangtua dari pemuda yang telah mati untuk menyelamatkan nyawanya.
Begitu si pemuda itu pulang, sambil berpelukan dan menangis, pasangan bapak dan ibu sangat menyesalkan pengorbanan anaknya untuk orang yang bukan saja tidak tahu berlerima kasih, tetapi juga telah menyia-nyiakan hidupnya sendiri. Betapa lebih berharganya, apabila orang ini yang mati dan anak mereka tetap hidup untuk mengabdi kepada keluarga, bangsa dan negara.
Tuhan Yesus telah mati untuk Anda. la telah membayar hidup Anda dengan hidup-Nya sendiri dengan harga yang begitu mahal. Ia menebus kita dengan penderitaan yang luar biasa dan Ia mati di atas kayu salib yang melambangkan puncak dari penghinaan, derita, dan kesakitan yang pernah diderita oleh seseorang di dunia ini. Jika Anda seorang yang menyadari kebenaran ini, jangan sia-siakan pengorbananNya. Tunjukkan kasih dan ucapan syukur Anda kepadaNya, undang Dia masuk dalam hidup Anda dan dengan taat melakukan setiap kehendakNya.
Freddy W
kepuasansejati@yahoo.com
Blog YESUS UNTUK SEMUA merupakan kumpulan dari ilustrasi yang dapat digunakan dalam berkhotbah dan kumpulan kesaksian hidup orang-orang percaya kepada Yesus
Selasa, 04 Mei 2010
Desa Di Bali Yang Cinta Yesus
Desa Belimbing Sari cinta YesusBali sangat identik dengan sebuah agama tertentu namun ada sebuah desa di Bali yang seluruh warganya beragama Kristen yaitu Desa Blimbing Sari. Hal ini bisa dilihat dari tanda salib bergaya Bali yang tergantung di sekitar 250 rumah milik warga Desa Blimbing Sari.
Menurut Pendeta Ketut Suyana Ayub, gembala sidang Gereja Kristen Protestan di Bali, nenek moyang mereka membangun desa ini pada tahun 1939, pada awalnya hanya ada 39 keluarga. Mereka menganggap tanah ini sebagai tanah perjanjian. Penduduk desa diajarkan tentang nilai-nilai kerja keras dan istirahat. Setiap keluarga mendapat dua hektar tanah dari pemerintah di mana mereka bisa bertani dan memelihara sapi. Bahkan anak-anak di panti asuhan pun diajarkan tentang nilai-nilai pekerjaan.
"Orang-orang Kristen baru memiliki semangat yang sangat kuat bagi kehidupan mereka Mereka mengerti desa ini adalah negeri yang dijanjikan Tuhan. Karena doa mereka, berkali-kali, desa ini terpilih sebagai desa terbaik secara ekonomi, spiritual, bahkan yang terbaru kami terpilih sebagai tempat yang bebas dari narkoba dan perjudian, " ungkap Pendeta Ayub.
Ayub percaya bahwa alasan lain iman penduduk desa tetap kuat adalah karena mereka masih menyembah dalam gaya nenek moyang mereka.
Dan karena kasih Allah yang dirasakan dalam komunitas ini, pemukim baru yang bukan orang percaya pun mulai tertarik kepada iman Kristen. Salah satunya adalah Giman, seorang bekas penganut kepercayaan lain, dia bersaksi, “Saya sakit dan seorang warga desa membantu saya untuk dioperasi. Saya tinggal di antara orang-orang Kristen. Mereka baik kepada saya dan banyak membantu saya. Kemudian saya belajar tentang Kekristenan. Sekarang saya percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat saya sendiri.”
Ni Ketut Sudarmiasih juga mantan penganut kepercayaan lain, saat ini dia belajar di panti asuhan Kristen. Dia mengaku, dulu dia tidak yakin tentang keselamatan tapi ketika dia percaya kepada Yesus Kristus, dia tahu bahwa dia akan bersama Yesus di Surga.
Hal yang paling menakjubkan dari semua itu, desa Kristen ini memiliki tingkat kejahatan nol persen. Saat ini, pemerintah dan organisasi-organisasi swasta berduyun-duyun datang ke Desa Blimbing Sari untuk belajar dari contoh tersebut. Desa Blimbing Sari telah menjadi teladan bagi kita untuk menjadi terang dan garam di tengah dunia ini sehingga nama Tuhan dimuliakan.
Source : cbn.com/dan via jawaban.com
Menurut Pendeta Ketut Suyana Ayub, gembala sidang Gereja Kristen Protestan di Bali, nenek moyang mereka membangun desa ini pada tahun 1939, pada awalnya hanya ada 39 keluarga. Mereka menganggap tanah ini sebagai tanah perjanjian. Penduduk desa diajarkan tentang nilai-nilai kerja keras dan istirahat. Setiap keluarga mendapat dua hektar tanah dari pemerintah di mana mereka bisa bertani dan memelihara sapi. Bahkan anak-anak di panti asuhan pun diajarkan tentang nilai-nilai pekerjaan.
"Orang-orang Kristen baru memiliki semangat yang sangat kuat bagi kehidupan mereka Mereka mengerti desa ini adalah negeri yang dijanjikan Tuhan. Karena doa mereka, berkali-kali, desa ini terpilih sebagai desa terbaik secara ekonomi, spiritual, bahkan yang terbaru kami terpilih sebagai tempat yang bebas dari narkoba dan perjudian, " ungkap Pendeta Ayub.
Ayub percaya bahwa alasan lain iman penduduk desa tetap kuat adalah karena mereka masih menyembah dalam gaya nenek moyang mereka.
Dan karena kasih Allah yang dirasakan dalam komunitas ini, pemukim baru yang bukan orang percaya pun mulai tertarik kepada iman Kristen. Salah satunya adalah Giman, seorang bekas penganut kepercayaan lain, dia bersaksi, “Saya sakit dan seorang warga desa membantu saya untuk dioperasi. Saya tinggal di antara orang-orang Kristen. Mereka baik kepada saya dan banyak membantu saya. Kemudian saya belajar tentang Kekristenan. Sekarang saya percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat saya sendiri.”
Ni Ketut Sudarmiasih juga mantan penganut kepercayaan lain, saat ini dia belajar di panti asuhan Kristen. Dia mengaku, dulu dia tidak yakin tentang keselamatan tapi ketika dia percaya kepada Yesus Kristus, dia tahu bahwa dia akan bersama Yesus di Surga.
Hal yang paling menakjubkan dari semua itu, desa Kristen ini memiliki tingkat kejahatan nol persen. Saat ini, pemerintah dan organisasi-organisasi swasta berduyun-duyun datang ke Desa Blimbing Sari untuk belajar dari contoh tersebut. Desa Blimbing Sari telah menjadi teladan bagi kita untuk menjadi terang dan garam di tengah dunia ini sehingga nama Tuhan dimuliakan.
Source : cbn.com/dan via jawaban.com
Hitler Pernah Berniat Mencuri 'Kain Kafan Yesus'
Shroud of Turin atau kain kafan Turin yang dipercaya sebagai kain yang pernah membungkus jasad Yesus setelah wafat disalib, sampai saat ini tetap terpelihara baik keberadaannya. Konon, kafan tersebut juga pernah mencuri perhatian diktator Nazi, Adolf Hitler.
Hitler yang berniat memiliki kain tersebut membuat skrenario pencurian setelah kunjungannya ke Italia pada 1938. Untungnya aksinya itu digagalkan aksi berani beberapa rahib Benedictine. Meski antek-antek Hitler menemukan lokasi rahasia penyimpanan relik suci itu, mereka tak bisa menyentuh kain kafan Turin. Sebabnya, sekelompok biarawan mengelilingi altar tempat kain tersebut tersimpan. Demikian dilaporkan kantor berita Italia, ANSA.
Menurut sejarahwan, Hitler memang terobsesi dengan simbol-simbol agama, juga hal-hal gaib. Dalam wawancara yang dipublikasikan majalah Italia, Diva e Donna, Pastor Andrea Davide Cardin, direktur perpustakaan Montevergine, mengungkapkan, kafan suci itu dipindahkan ke tempat rahasia di Campania atas perintah Royal House of Savoy—lembaga pemilik kain itu dan Vatikan.
"Resminya, tujuan pemindahan untuk melindungi kain itu dari kemungkinan pemboman di Turin. Namun faktanya, kain itu dipindahkan untuk menghindari Hitler yang tampak terobsesi dengan benda itu," kata dia. "Ketika mengunjungi Italia pada 1938, orang Hitler yang juga petinggi Nazi menanyakan hal yang tak biasa dan bertubi-tubi tentang kafan Turin."
Dijelaskan Cardin, pada 1943 ketika tentara Jerman mencarinya, kafan itu berada di biara Montevergine, para biarawan di sana berpura-pura berdoa kusyuk di depan kain itu disimpan. "Itulah satu-satunya penyebab kain itu tak bisa direnggut antek-antek Hitler," tambah dia
Kain kafan Turin selamat, dan tetap tersembunyi di biara tersebut sampai tahun 1946, ketika dikembalikan ke Katedral Santo Yohanes Baptist di Turin. Tak hanya sekadar kain. Kain Turin memiliki citra samar, sosok pria tinggi berambut panjang, berjenggot. Di bagian pergelangan tangan dan pergelangan kaki, seperti bernoda darah—mirip posisi Yesus ketika dipaku dan disalib.
Para ahli telah berulang kali mempertanyakan keasliannya—apakah benar kain kafan Turin pernah membungkus tubuh Yesus. Namun, kain kafan Turin yang diliputi misteri tetap menarik perhatian. Kain kafan Turin yang misterius terebut akan dipamerkan di Katedral Turin pada 10 April-23 Mei 2010. Ini adalah pertama kalinya kain tersebut ditunjukkan untuk umum sejak tahun 2000. Diperkirakan dua juta orang dari seluruh dunia akan menyaksikan kain kafan Turin saat dipamerkan. (perthnow/viva)
Hitler yang berniat memiliki kain tersebut membuat skrenario pencurian setelah kunjungannya ke Italia pada 1938. Untungnya aksinya itu digagalkan aksi berani beberapa rahib Benedictine. Meski antek-antek Hitler menemukan lokasi rahasia penyimpanan relik suci itu, mereka tak bisa menyentuh kain kafan Turin. Sebabnya, sekelompok biarawan mengelilingi altar tempat kain tersebut tersimpan. Demikian dilaporkan kantor berita Italia, ANSA.
Menurut sejarahwan, Hitler memang terobsesi dengan simbol-simbol agama, juga hal-hal gaib. Dalam wawancara yang dipublikasikan majalah Italia, Diva e Donna, Pastor Andrea Davide Cardin, direktur perpustakaan Montevergine, mengungkapkan, kafan suci itu dipindahkan ke tempat rahasia di Campania atas perintah Royal House of Savoy—lembaga pemilik kain itu dan Vatikan.
"Resminya, tujuan pemindahan untuk melindungi kain itu dari kemungkinan pemboman di Turin. Namun faktanya, kain itu dipindahkan untuk menghindari Hitler yang tampak terobsesi dengan benda itu," kata dia. "Ketika mengunjungi Italia pada 1938, orang Hitler yang juga petinggi Nazi menanyakan hal yang tak biasa dan bertubi-tubi tentang kafan Turin."
Dijelaskan Cardin, pada 1943 ketika tentara Jerman mencarinya, kafan itu berada di biara Montevergine, para biarawan di sana berpura-pura berdoa kusyuk di depan kain itu disimpan. "Itulah satu-satunya penyebab kain itu tak bisa direnggut antek-antek Hitler," tambah dia
Kain kafan Turin selamat, dan tetap tersembunyi di biara tersebut sampai tahun 1946, ketika dikembalikan ke Katedral Santo Yohanes Baptist di Turin. Tak hanya sekadar kain. Kain Turin memiliki citra samar, sosok pria tinggi berambut panjang, berjenggot. Di bagian pergelangan tangan dan pergelangan kaki, seperti bernoda darah—mirip posisi Yesus ketika dipaku dan disalib.
Para ahli telah berulang kali mempertanyakan keasliannya—apakah benar kain kafan Turin pernah membungkus tubuh Yesus. Namun, kain kafan Turin yang diliputi misteri tetap menarik perhatian. Kain kafan Turin yang misterius terebut akan dipamerkan di Katedral Turin pada 10 April-23 Mei 2010. Ini adalah pertama kalinya kain tersebut ditunjukkan untuk umum sejak tahun 2000. Diperkirakan dua juta orang dari seluruh dunia akan menyaksikan kain kafan Turin saat dipamerkan. (perthnow/viva)
Kutukan terselubung di balik ramalan nasib
Harun Jusuf, mantan tukang kwamia (ramal nasib), pernah sangat tersohor. Kini, usai bertobat, dengan blak-blakan ia mengungkapkan bahaya kutukan terselubung di balik ramaln nasib. Ini karena, setiap ramalan yang keluar dari mulutnya, akan menjadi kenyataan kecuali kalau si pasien bertobat dan melepaskan kutuk dari ramalan itu tersebut.
Dengan demikian, bohong besar kalau ahli ramal dikatakan bisa mengetahui kejadian apa yang terjadi di masa datang. Yang benar, ahli ramal akan menyusun skenario kejadian apa saja yang bakal dialami pasien (umumnya kejadian buruk), dan dengan pertolongan roh jahat, skenario ini akan diwujudkan ke alam nyata.
Menurut Harun, roh setiap pasien yang dengan sukarela berkonsultasi kepadanya, berada di dalam cengkeraman roh jahat yang bersemayam di diri Harun saat itum “Roh pasien harus tunduk pada roh saya, apa pun yang saya perintahkan. Misal, jika saya meramalkan bahwa orang itu akan bercerai, maka rohnya tunduk 100% dan dia pasti akan bercerai. Padahal, belum tentu pasien itu akan bercerai. Justru, roh yang ada di dalam diri saya yang menakdirkan dan merencanakan ini dan itu,” papar Harun.
Oleh sebab itu, seorang tukang kwamia yang reputasinya semakin baik, i berarti roh yang ada di dalam dirinya juga semakin berbahaya. Singkatnya, kutukan yang dialami pasien berasal dari tukang kwamia. Kutukan ini, secara tak sadar, dijalankan oleh roh yang ada di dalam diri pasien. Misal, jika ia dikutuk bahwa tahun depan perusahaannya akan mengalami kebangkrutan—meski ia sudah sangat berhati-hati dalam menjalankan perusahaannya—tetap saja akan bangkrut karena rohnya sudah tunduk sepenuhnya kepada roh tukang kwamia.
Seorang Kristen yang mengunjungi tukang kwamia, juga akan mengalami hal yang sama. Ini karena orang itu melepaskan diri dari karunia Tuhan, tidak lagi tunduk kepada Tuhan tetapi tunduk kepada roh jahat. Dikatakan Harun, banyak juga di antara pasiennya yang beragama Kristen, “Makanya, setiap ada kesempatan, saya selalu bersaksi di gereja supaya menghentikan kebiasaan itu,” aku Harun.
Meramal nasib di tukang kwamia, berarti juga harus memberikan imbalan atau tumbal, yakni nyawa salah seorang anggota keluarga, “Di dunia ini tidak ada yang gratis, di alam roh juga demikian,” imbuh Harun. Ini sendiri juga dialami Harun, yang terpaksa kehilangan dua anaknya.
Kutukan tidak hanya ada dalam praktik ramalan nasib, tetapi juga shio dan horoskop. Menurut Harun, kepercayaan terhadap lambang shio, memberikan dampak buruk dalam kehidupan. Sebabnya, shio adalah lambang binatang dan tidak ada binatang yang berwatak atau bernasib baik. Kelinci misalnya, melambangkan ketidaksetiaan, naga artinya kesombongan, ular berarti licik, tikus merusak, kerbau melambangkan kebodohan, dan pelbagai hal lainnya. Jika shio ini dipercayai, maka hidup juga akan diwarnai sifat dan sikap yang ada pada binatang-binatang tersebut,
Ini sama dengan horoskop, yang juga mengambil sifat-sifat binatang. Jika mempercayai shio dan horoskop, berarti menyerahkan jiwa kepada iblis dengan suka rela. Dan mengubah jiwa manusia menjadi sama dengan binatang.
Dengan demikian, bohong besar kalau ahli ramal dikatakan bisa mengetahui kejadian apa yang terjadi di masa datang. Yang benar, ahli ramal akan menyusun skenario kejadian apa saja yang bakal dialami pasien (umumnya kejadian buruk), dan dengan pertolongan roh jahat, skenario ini akan diwujudkan ke alam nyata.
Menurut Harun, roh setiap pasien yang dengan sukarela berkonsultasi kepadanya, berada di dalam cengkeraman roh jahat yang bersemayam di diri Harun saat itum “Roh pasien harus tunduk pada roh saya, apa pun yang saya perintahkan. Misal, jika saya meramalkan bahwa orang itu akan bercerai, maka rohnya tunduk 100% dan dia pasti akan bercerai. Padahal, belum tentu pasien itu akan bercerai. Justru, roh yang ada di dalam diri saya yang menakdirkan dan merencanakan ini dan itu,” papar Harun.
Oleh sebab itu, seorang tukang kwamia yang reputasinya semakin baik, i berarti roh yang ada di dalam dirinya juga semakin berbahaya. Singkatnya, kutukan yang dialami pasien berasal dari tukang kwamia. Kutukan ini, secara tak sadar, dijalankan oleh roh yang ada di dalam diri pasien. Misal, jika ia dikutuk bahwa tahun depan perusahaannya akan mengalami kebangkrutan—meski ia sudah sangat berhati-hati dalam menjalankan perusahaannya—tetap saja akan bangkrut karena rohnya sudah tunduk sepenuhnya kepada roh tukang kwamia.
Seorang Kristen yang mengunjungi tukang kwamia, juga akan mengalami hal yang sama. Ini karena orang itu melepaskan diri dari karunia Tuhan, tidak lagi tunduk kepada Tuhan tetapi tunduk kepada roh jahat. Dikatakan Harun, banyak juga di antara pasiennya yang beragama Kristen, “Makanya, setiap ada kesempatan, saya selalu bersaksi di gereja supaya menghentikan kebiasaan itu,” aku Harun.
Meramal nasib di tukang kwamia, berarti juga harus memberikan imbalan atau tumbal, yakni nyawa salah seorang anggota keluarga, “Di dunia ini tidak ada yang gratis, di alam roh juga demikian,” imbuh Harun. Ini sendiri juga dialami Harun, yang terpaksa kehilangan dua anaknya.
Kutukan tidak hanya ada dalam praktik ramalan nasib, tetapi juga shio dan horoskop. Menurut Harun, kepercayaan terhadap lambang shio, memberikan dampak buruk dalam kehidupan. Sebabnya, shio adalah lambang binatang dan tidak ada binatang yang berwatak atau bernasib baik. Kelinci misalnya, melambangkan ketidaksetiaan, naga artinya kesombongan, ular berarti licik, tikus merusak, kerbau melambangkan kebodohan, dan pelbagai hal lainnya. Jika shio ini dipercayai, maka hidup juga akan diwarnai sifat dan sikap yang ada pada binatang-binatang tersebut,
Ini sama dengan horoskop, yang juga mengambil sifat-sifat binatang. Jika mempercayai shio dan horoskop, berarti menyerahkan jiwa kepada iblis dengan suka rela. Dan mengubah jiwa manusia menjadi sama dengan binatang.
Selasa, 06 April 2010
86 Tahun Aku Mengikut-Nya
Polykarpus sedang berdoa di dalam kamarnya di loteng ketika pasukan bersenjata lengkap datang mengepung rumah kecil di perkebunan terpencil itu. Rupa-rupanya salah satu pelayan yang pernah melayaninya telah membocorkan tempat persembunyiannya setelah disiksa dengan kejam oleh tentara Romawi.
Polykarpus yang berusia 86 tahun pada waktu itu dengan tenang turun ke ruang bawah dan para prajurit yang ditugaskan untuk menangkapnya langsung kaget karena mereka tidak tahu bahwa Polykarpus yang sedang diburu dengan gencar oleh pihak Romawi itu adalah seorang yang sudah begitu lanjut usianya. Dalam hati mereka bertanya-tanya ada apa dengan orang tua ini yang membuatnya begitu dibenci oleh pemerintah Romawi.
Polykarpus lalu meminta pelayan-pelayannya untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk menjamu tamu yang tidak diundangnya itu. Ia juga meminta diberikan waktu 1 jam untuk berdoa tanpa diganggu.
Polykarpus tidak mendoakan dirinya tetapi menaikkan doa syafaat bagi orang lain. Namun karena terlalu banyak orang yang didoakan oleh Polykarpus, ia baru menyelesaikan doanya setelah dua jam. Akhirnya ia dibawa ke kota dan disambut oleh kepala keamanan kota yang bernama Herod dan ayahnya, Nicetes.
Herod dan Nicetes membawa Polykarpus ke dalam kereta kuda mereka dan dengan lembut coba membujuk Polykarpus. "Apa salahnya untuk mengatakan bahwa Kaisar adalah Penguasamu, dan menyembahnya?" Segala macam cara mereka pakai untuk membujuknya, tetapi Polykarpus berkata, "Aku tidak akan melakukan apa yang engkau minta."
Karena tidak berhasil, Polykarpus akhirnya didorong dengan kasar dari kereta kuda dan diseret ke stadion tempat para pemimpin Romawi sedang menantinya. Setelah memastikan identitas Polykarpus, Pemimpin Romawi itu dengan lembut coba membujuknya untuk menyangkal Kristus, "Pikirkanlah tentang usia engkau, akuilah kebesaran Kaisar dan bertobatlah. Kutuklah Kristus, dan kami akan membebaskan engkau; Katakanlah engkau tidak ada hubungan apa-apa dengan Dia."
Polykarpus lalu menjawab, "Aku telah mengikuti Dia selama 86 tahun, dan Dia tidak pernah berbuat salah terhadap aku. Bagaimana mungkin aku menista Raja yang telah menyelamatkan aku?"
Walaupun jengkel dan marah tetapi mungkin karena usia tuanya, mereka terus membujuknya, "Bersumpahlah oleh kebesaran Kaisar." Polykarpus hanya berkata, "Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah seorang Kristen, jika engkau mau mendengarkan kebenaran Kekristenan, berilah aku waktu dan tempat untuk menjelaskan."
Jawaban Polykarpus semakin membuat semua yang mendengarkan menjadi berang. "Hewan-hewan buas yang kelaparan sudah disiapakan, jika engkau tidak mau 'bertobat' dari ketidakpercayaan engkau kepada Kaisar engkau akan dilemparkan untuk dimakan hewan-hewan buas itu!
Polykarpus menjawab, "Silakan, karena kami tidak terbiasa bertobat dari apa yang baik demi sesuatu yang jahat."
Lalu diumumkan sebanyak tiga kali kepada orang banyak yang sudah berkumpul di stadion, "Polykarpus telah mengaku bahwa ia adalah seorang Kristen." Seluruh stadion mulai berteriak-teriak meminta pemimpin Romawi melepaskan singa lapar ke tengah stadion untuk memangsa Polykarpus. Tetapi karena pada waktu itu tidak memungkinkan untuk acara gladiator dan singa, diputuskan bahwa Polykarpus akan dibakar.
"Apakah engkau sungguh tidak mau bertobat? Engkau akan kami jatuhkan hukuman mati dengan dibakar sampai hangus."
Kata Polykarpus, " Engkau mengancam aku dengan api yang hanya akan membakar paling lama satu jam, setelah itu apinya padam. Tapi engkau sendiri bodoh dengan tidak menyadari tentang api penghakiman yang kekal, yang telah dipersiapkan untuk orang-orang yang tidak percaya. Apa lagi yang engkau tunggu? Lakukanah apa yang engkau mau lakukan!"
Mendengarkan itu, orang banyak yang bagaikan dirasuk setan mulai mengumpulkan kayu dan bahan-bahan kayu dari toko-toko dan tempat permandian umum. Dengan cepat tumpukan kayu sudah terkumpul. Polykarpus lalu menanggalkan jubahnya dan melonggarkan pakaiannya, dan ia coba juga untuk menanggalkan sepatunya.
Di saat ada yang mau memakukan kaki dan tangannya ke atas kayu supaya ia tidak akan coba melarikan diri waktu api mulai memanas, Polykarpus berkata, "Biarkan saja; jika Tuhan memberi aku kekuatan untuk dibakar di dalam api ini, Ia akan memampukan aku untuk tetap bertahan di atas gumpalan api ini." Lalu mereka tidak jadi memakunya tetapi sekadar mengikat tangannya di belakang seperti seekor domba yang akan dibawa ke tempat sembelihan.
Lalu Polykarpus menaikkan doanya yang terakhir, "Aku bersyukur Engkau telah mengaruniakan kepada aku hari ini dan saat ini, di mana aku dapat mengambil bagian di antara para martir untuk dibangkitkan kepada hidup yang kekal oleh Roh Kudus, dalam jiwa dan tubuh yang tidak akan dikorupsi lagi. Semoga aku akan diterima di dalam hadirat Engkau hari ini, sebagai persembahan yang berkenan yang telah Engkau persiapkan. Engkaulah Tuhan yang setia dan benar."
Demikianlah pada jam 2 siang, tanggal 23 Februari di tahun 155, Polykarpus, yang ditahbis menjadi uskup gereja di Smyrna oleh rasul Yohanes sendiri, mati sebagai martir bagi Kristus.
Catatan tentang kemartiran Polykarpus, yang merupakan suatu fakta sejarah ditemukan di antara surat-surat Ireneus yang merupakan murid Polykarpus.
Polykarpus seperti juga banyak orang percaya di zaman ini, mampu untuk mati bagi Kristus karena ia hidup untuk Kristus. Hidupnya secara radikal ditransformasi oleh pekerjaan Roh Kudus - keinginan, kekhawatiran, rasa sakit dan rasa takut tidak lagi mengikatnya. Kehidupan dan kematian Polykarpus merupakan inspirasi bagi semua orang percaya. Ia menyerahkan hidup duniawinya bagi Kristus dan di dalam pengorbanannya, ia memperoleh hidup yang kekal.
Polykarpus yang berusia 86 tahun pada waktu itu dengan tenang turun ke ruang bawah dan para prajurit yang ditugaskan untuk menangkapnya langsung kaget karena mereka tidak tahu bahwa Polykarpus yang sedang diburu dengan gencar oleh pihak Romawi itu adalah seorang yang sudah begitu lanjut usianya. Dalam hati mereka bertanya-tanya ada apa dengan orang tua ini yang membuatnya begitu dibenci oleh pemerintah Romawi.
Polykarpus lalu meminta pelayan-pelayannya untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk menjamu tamu yang tidak diundangnya itu. Ia juga meminta diberikan waktu 1 jam untuk berdoa tanpa diganggu.
Polykarpus tidak mendoakan dirinya tetapi menaikkan doa syafaat bagi orang lain. Namun karena terlalu banyak orang yang didoakan oleh Polykarpus, ia baru menyelesaikan doanya setelah dua jam. Akhirnya ia dibawa ke kota dan disambut oleh kepala keamanan kota yang bernama Herod dan ayahnya, Nicetes.
Herod dan Nicetes membawa Polykarpus ke dalam kereta kuda mereka dan dengan lembut coba membujuk Polykarpus. "Apa salahnya untuk mengatakan bahwa Kaisar adalah Penguasamu, dan menyembahnya?" Segala macam cara mereka pakai untuk membujuknya, tetapi Polykarpus berkata, "Aku tidak akan melakukan apa yang engkau minta."
Karena tidak berhasil, Polykarpus akhirnya didorong dengan kasar dari kereta kuda dan diseret ke stadion tempat para pemimpin Romawi sedang menantinya. Setelah memastikan identitas Polykarpus, Pemimpin Romawi itu dengan lembut coba membujuknya untuk menyangkal Kristus, "Pikirkanlah tentang usia engkau, akuilah kebesaran Kaisar dan bertobatlah. Kutuklah Kristus, dan kami akan membebaskan engkau; Katakanlah engkau tidak ada hubungan apa-apa dengan Dia."
Polykarpus lalu menjawab, "Aku telah mengikuti Dia selama 86 tahun, dan Dia tidak pernah berbuat salah terhadap aku. Bagaimana mungkin aku menista Raja yang telah menyelamatkan aku?"
Walaupun jengkel dan marah tetapi mungkin karena usia tuanya, mereka terus membujuknya, "Bersumpahlah oleh kebesaran Kaisar." Polykarpus hanya berkata, "Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah seorang Kristen, jika engkau mau mendengarkan kebenaran Kekristenan, berilah aku waktu dan tempat untuk menjelaskan."
Jawaban Polykarpus semakin membuat semua yang mendengarkan menjadi berang. "Hewan-hewan buas yang kelaparan sudah disiapakan, jika engkau tidak mau 'bertobat' dari ketidakpercayaan engkau kepada Kaisar engkau akan dilemparkan untuk dimakan hewan-hewan buas itu!
Polykarpus menjawab, "Silakan, karena kami tidak terbiasa bertobat dari apa yang baik demi sesuatu yang jahat."
Lalu diumumkan sebanyak tiga kali kepada orang banyak yang sudah berkumpul di stadion, "Polykarpus telah mengaku bahwa ia adalah seorang Kristen." Seluruh stadion mulai berteriak-teriak meminta pemimpin Romawi melepaskan singa lapar ke tengah stadion untuk memangsa Polykarpus. Tetapi karena pada waktu itu tidak memungkinkan untuk acara gladiator dan singa, diputuskan bahwa Polykarpus akan dibakar.
"Apakah engkau sungguh tidak mau bertobat? Engkau akan kami jatuhkan hukuman mati dengan dibakar sampai hangus."
Kata Polykarpus, " Engkau mengancam aku dengan api yang hanya akan membakar paling lama satu jam, setelah itu apinya padam. Tapi engkau sendiri bodoh dengan tidak menyadari tentang api penghakiman yang kekal, yang telah dipersiapkan untuk orang-orang yang tidak percaya. Apa lagi yang engkau tunggu? Lakukanah apa yang engkau mau lakukan!"
Mendengarkan itu, orang banyak yang bagaikan dirasuk setan mulai mengumpulkan kayu dan bahan-bahan kayu dari toko-toko dan tempat permandian umum. Dengan cepat tumpukan kayu sudah terkumpul. Polykarpus lalu menanggalkan jubahnya dan melonggarkan pakaiannya, dan ia coba juga untuk menanggalkan sepatunya.
Di saat ada yang mau memakukan kaki dan tangannya ke atas kayu supaya ia tidak akan coba melarikan diri waktu api mulai memanas, Polykarpus berkata, "Biarkan saja; jika Tuhan memberi aku kekuatan untuk dibakar di dalam api ini, Ia akan memampukan aku untuk tetap bertahan di atas gumpalan api ini." Lalu mereka tidak jadi memakunya tetapi sekadar mengikat tangannya di belakang seperti seekor domba yang akan dibawa ke tempat sembelihan.
Lalu Polykarpus menaikkan doanya yang terakhir, "Aku bersyukur Engkau telah mengaruniakan kepada aku hari ini dan saat ini, di mana aku dapat mengambil bagian di antara para martir untuk dibangkitkan kepada hidup yang kekal oleh Roh Kudus, dalam jiwa dan tubuh yang tidak akan dikorupsi lagi. Semoga aku akan diterima di dalam hadirat Engkau hari ini, sebagai persembahan yang berkenan yang telah Engkau persiapkan. Engkaulah Tuhan yang setia dan benar."
Demikianlah pada jam 2 siang, tanggal 23 Februari di tahun 155, Polykarpus, yang ditahbis menjadi uskup gereja di Smyrna oleh rasul Yohanes sendiri, mati sebagai martir bagi Kristus.
Catatan tentang kemartiran Polykarpus, yang merupakan suatu fakta sejarah ditemukan di antara surat-surat Ireneus yang merupakan murid Polykarpus.
Polykarpus seperti juga banyak orang percaya di zaman ini, mampu untuk mati bagi Kristus karena ia hidup untuk Kristus. Hidupnya secara radikal ditransformasi oleh pekerjaan Roh Kudus - keinginan, kekhawatiran, rasa sakit dan rasa takut tidak lagi mengikatnya. Kehidupan dan kematian Polykarpus merupakan inspirasi bagi semua orang percaya. Ia menyerahkan hidup duniawinya bagi Kristus dan di dalam pengorbanannya, ia memperoleh hidup yang kekal.
Kebesaran Jiwa Seorang Ibu
Sebuah kisah lama yang patut dibaca dan direnungkan berkali- kali betapa baiknya ibunda kita, bagaimana besarnya pengorbanan ibunda kita dstnya
Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan udah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.
Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.
Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini
betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting.
Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.
Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh
sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan di rumah.
Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil.
Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah.
Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.
Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. "Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan.
Jangan di ungkit lagi". Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket.
Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini di media cetak, saya sempat menangis karena tidak sempat bersujud di hadapan mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th lebih saat itu.
Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.
Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan udah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.
Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.
Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini
betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting.
Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.
Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh
sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan di rumah.
Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil.
Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah.
Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.
Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. "Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan.
Jangan di ungkit lagi". Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket.
Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini di media cetak, saya sempat menangis karena tidak sempat bersujud di hadapan mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th lebih saat itu.
Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.
Rabu, 24 Maret 2010
Benih Kecil
Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Di bawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. "Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?" "Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."
Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?" Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.
"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama." Diperhatikannya wajah sang anak yg tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yg cukup. Namun jangan lupakan waktu yg membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi makhluk yang sabar." "Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."
Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.
Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena Allah, menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena Allah, memang menyiapkan kita menjadi makhluk dengan berbagai kelebihan. Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil?
Kapankah saat itu akan datang? Anda adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa alpa dengan bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari? Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses, tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan?
Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan"? Tidak. Karena Allah Maha Tahu, bahwa setiap hamba-Nya akan menemukan jalan keberhasilan, maka Allah akan tak pernah lupa dengan itu semua. Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan dan kesuksesan itu telah ada dalam diri Anda.
Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?" Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.
"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama." Diperhatikannya wajah sang anak yg tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yg cukup. Namun jangan lupakan waktu yg membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi makhluk yang sabar." "Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."
Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.
Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena Allah, menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena Allah, memang menyiapkan kita menjadi makhluk dengan berbagai kelebihan. Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil?
Kapankah saat itu akan datang? Anda adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa alpa dengan bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari? Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses, tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan?
Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan"? Tidak. Karena Allah Maha Tahu, bahwa setiap hamba-Nya akan menemukan jalan keberhasilan, maka Allah akan tak pernah lupa dengan itu semua. Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan dan kesuksesan itu telah ada dalam diri Anda.
Langganan:
Postingan (Atom)