Sabtu, 06 Februari 2010

Oh Yesus Tuhanku...Jangan Tinggalkan Aku... Tunggu Aku Di Pintu Surga

Aku tidak tahu dimana berada. Meski sekian banyak manusia berada disekelilingku, namun aku tetap merasa sendiri dan ketakutan. Aku masih bertanya dan terus bertanya, tempat apa ini, dan buat apa semua manusia dikumpulkan. Mungkinkah…, ah aku tidak mau mengira-ngira.

* Rasa takutku makin menjadi-jadi, ketika seseorang yang tidak pernah ku kenal sebelumnya mendekati dan menjawab pertanyaan hatiku. “ Inilah yang disebut tempat penghakiman,” suaranya begitu menggetarkan jiwaku. “ Bagaimana ia bisa tahu pertanyaanku,” batinku. Aku menggigil, tubuhku terasa lemas, mataku tegang mencari perlindungan dari seseorang yang kukenal.

* Kusaksikan langit menghitam, sesaat kemudian bersinar kemilauan. Bersamaan dengan itu terdengar suara menggema. Aku baru sadar, inilah hari penentuan, hari dimana semua manusia akan menerima keputusan akan balasan dari perbuatan selama hidup di dunia. Hari ini pula akan ditentukan tempat manusia selanjutnya, surgakah yang akan di nikmati atau neraka yang siap menanti.

* Aku semakin takut. Namun ada debar dalam dalam dadaku mengingat perbuatanl baikku di dunia. Mungkinkah aku tergolong orang-orang yang mendapat kasih-NYA atau jangan-jangan….

* Aku dan semua manusia lainnya masih menunggu keputusan dari Yang Menguasai hari pembalasan. Tak lama kemudian, terdengar lagi suara menggema tadi yang mengatakan, bahwa sesaat lagi akan dibacakan daftar manusia-manusia yang akan masuk ke surga yang indah. Lagi-lagi dadaku berdebar, ada keyakinan bahwa namaku termasuk dalam daftar itu, mengingat banyaknya dana yang aku sumbangkan ke gereja dan ke orang miskin. Terlebih lagi, sewaktu di dunia aku dikenal sebagai pendeta . “Kalaulah banyak orang yang ku khotbahi masuk surga, apalagi aku,” pikirku mantap.

* Akhirnya, nama-nama itupun mulai disebutkan. Aku masih beranggapan bahwa namaku ada dalam deretan penghuni surga itu, mengingat ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan baikku.

Dalam daftar itu, nama Abraham sudah pasti tercantum pada urutan teratas, sesuai janji Allah melalui Gabriel.

Kulihat Sarai dengan senyum manisnya melangkah bahagia sebagai wanita pertama yang ke surga, diikuti para istri-istri dan keluarga nabi lainnya.

* Para nabi Allah lainnya pun masuk dalan daftar tersebut. Musa dan Ziporah berjalan tenang dengan predikat nabi taurat Juga para sahabat lainnya, satu persatu para pengikut terdahulu nabi itu dengan bangga melangkah ke tempat dimana Allah akan membuka tabirnya. Yang aku tahu, salah satu kenikmatan yang akan diterima para penghuni surga adalah melihar wajah Allah. Kusaksikan para sahabat Yakub dan Yusuf yang tengah bersyukur mendapatkan nikmat tiada terhingga sebagai balasan kesetiaan berjuang bersama Allah menegakkan risalah. Setelah itu tersebutlah para umat percaya terdahulu dan para martyr dalam berbagai perjuangan pembelaan agama Allah.

* Sementara itu, dadaku berdegub keras menunggu giliran. Aku terperanjat begitu melihat rombongan anak-anak yatim dengan riang berlari untuk segera menikmati kesegaran telaga kautsar. Beberapa dari mereka tersenyum sambil melambaikan tangannya kepadaku.

* Sepertinya aku kenal mereka. Ya Allah, mereka anak-anak yatim sebelah rumahku yang tidak pernah kuperhatikan. Anak-anak yang selalu menangis kelaparan di malam hari sementara sering ku buang sebagian makanan yang tak habis ku makan.

* “Oh my God, itu si Partahi tukang mie dekat kosanku,” aku terperangah melihatnya melenggang ke surga. Partahi, pemuda yang tidak pernah lulus SD itu pernah bercerita, bahwa sebagian besar hasil dagangannya ia kirimkan untuk ibu dan biaya sekolah empat orang adiknya. Partahi yang rajin ibadah ke gereja itu, rela berpuasa berhari-hari asal ibu dan adik-adiknya di kampung tidak kelaparan. Tiba-tiba orang yang sejak tadi disampingku berkata lagi,” Partahi yang tukang mie itu lebih baik dimata Allah. Ia bekerja untuk kebahagiaan orang lain.” Sementara aku, semua hasil keringatku semata untuk keperluanku.

* Lalu berturut-turut lewat didepan mataku, bu Dermi penjual pecel yang kehadirannya selalu kutolak, pengemis tua yang setiap hari lewat depan rumahku dan selalu mendapatkan kata “maaf” dari bibirku dibalik pagar tinggi rumahku. Orang disampingku berbicara lagi seolah menjawab setiap pertanyaanku meski tidak ku lontarkan,” Mereka ikhlas, tidak sakit hati serta tidak memendam kebencian meski kau tolak”.

* Ya Ampun, murid-murid sekolah minggu yang aku bina, mereka mendahului aku ke surga. Setelah itu, berbondong-bondong jemaat tempat aku biasa berkhotbah. “Mereka belajar kepadamu, lalu mereka melakukannya. Sedangkan kau, terlalu banyak berbicara dan sedikit mendengarkan. Padahal, lebih banyak yang bisa dipelajari dengan mendengar daripada berbicara,” jelasnya lagi.
* Aku semakin penasaran dan terus menunggu giliranku dipanggil. Seiring dengan itu antrian manusia dengan wajah ceria, makin panjang. Tapi sejauh ini, belum juga namaku terpanggil. Aku mulai kesal, aku ingin segera bertemu Allah dan berkata, “Ya Allah, di dunia aku banyak melakukan ibadah, aku banyak memberi, banyak membantu orang lain, banyak berkhotbah, izinkan aku ke surga-Mu”.
* Orang dengan wajah bersinar disampingku itu hendak berbicara lagi, aku ingin menolaknya. Tetapi, tanganku tak kuasa menahannya untuk berbicara,” Ibadahmu bukan untuk Allah, tapi semata untuk kepentinganmu mendapatkan surga Allah, bantuanmu sebatas untuk memperjelas status sosial, dibalik bantuanmu tersimpan keinginan mendapatkan penghargaan, dan khotbah yang kau lakukan hanya berbekas untuk orang lain, tidak untukmu,” bergetar tubuhku mendengarnya.
* Anak-anak yatim, Partahi, bu Dermi, Penggemis Tua, murid-murid sekolah minggu, jamaat dan banyak lagi orang-orang yang sering ku anggap tidak lebih baik dariku, mereka lebih dulu ke surga Allah. Padahal, aku sering beranggapan, surga adalah balasan yang pantas untukku atas khotbah yang kulakukan, bantuan yang kuberikan, ilmu yang ku ajarkan dan perbuatan baik lainnya. Ternyata, aku tidak lebih tunduk daripada mereka, tidak lebih ikhlas dalam beramal daripada mereka, tidak lebih bersih hati daripada mereka, sehingga ku tidak lebih dulu ke surga dari mereka.

TERMASUK MANAKAH ANDA…?

* Jam dinding berdentang tiga kali. Aku tersentak bangun dan.., Oh Yesus..ternyata Allah telah menasehatiku lewat mimpi malam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar